14 Nov, 2024

Top 8 Peristiwa dan Indikator Perekonomian untuk Dipantau Saat Trading di Tahun 2025

Top 8 Peristiwa dan Indikator Perekonomian untuk Dipantau Saat Trading di Tahun 2025
Top 8 Peristiwa dan Indikator Perekonomian untuk Dipantau Saat Trading di Tahun 2025

Peristiwa dan indikator perekonomian bermain peran signifikan karena memiliki dampak langsung terhadap fluktuasi harga dari berbagai tipe aset. Dari mata uang hingga komoditas dan mata uang kripto, apa pun instrumen finansial yang Anda pilih, memahami bagaimana harga dan berbagai kumpulan data perekonomian saling berhubungan, memungkinkan Anda untuk mengambil keputusan yang lebih matang secara informasi. Dalam artikel ini, kami akan menggali peristiwa-peristiwa dan indikator-indikator makroekonomi penting yang dapat digunakan para trader untuk memahami fluktuasi harga dan memprediksi pergerakan harga yang akan datang.

Bergabung Binolla sekarang dan gunakan informasi dari artikel ini untuk menghasilkan trading yang sukses!

1: Keputusan Tingkat Suku Bunga

Peristiwa nomor satu di dunia trading dan investasi adalah keputusan tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga ditentukan oleh bank sentral untuk meregulasi volume uang dalam perekonomian. Di kala tingkat suku bunga lebih tinggi, lebih sedikit uang mengalir ke dalam pasar, dan utang menjadi kurang atraktif, sementara simpanan bank, pada gilirannya, lebih atraktif karena Anda akan mendapatkan lebih banyak bunga di dalam uang Anda.

Untuk perekonomian, tingkat suku bunga yang lebih tinggi berarti bahwa aktivitas dunia usaha akan melambat dikarenakan berbagai perusahaan tidak bisa bergantung pada utang yang lebih murah. Selain itu, konsumen lebih senang mengakumulasi uang dan menyimpan ke dalam tabungan bukannya membelanjakan. Inflasi rendah, yang merupakan faktor lain yang memungkinkan konsumen untuk membelanjakan lebih sedikit karena mereka tidak ditekan oleh ekspektasi harga yang lebih tinggi dan bisa membuat keputusan yang lebih masuk akal.

Tingkat suku bunga yang lebih rendah berarti utang yang lebih murah dan uang yang lebih atraktif. Hal ini mengakibatkan dunia usaha untuk tumbuh dan konsumen akan menjadi lebih aktif dalam berbelanja. Simpanan bank menjadi kurang atraktif, yang merupakan alasan lain kenapa rumah tangga menjadi pembelanja yang lebih aktif.

Bagaimana Tingkat Suku Bunga Berdampak pada Pasar?

Tingkat suku bunga yang lebih tinggi mendukung mata uang yang dikeluarkan oleh bank sentral. Sebagai contoh, jika ECB menaikkan tingkat suku bunga, hal ini akan mendukung Euro melawan berbagai mata uang lainnya. Bagaimanapun, terkait dengan tipe-tipe lain aset, tingkat suku bunga yang lebih tinggi dapat memiliki dampak yang berbeda-beda. Sebagai contoh, tingkat suku bunga yang lebih tinggi akan memangkas arus uang masuk dan akan menekan saham dan indeks, yang kemungkinan akan turun.

Sehubungan dengan komoditas, termasuk yang kemungkinan tidak akan naik saat periode kebijakan moneter kontraktif dikarenakan alasan yang sama. Lebih sedikit uang dalam perekonomian dan utang yang lebih tinggi akan mencegah para investor dan trader untuk mengembangkan portofolio mereka.

Tingkat suku bunga yang lebih rendah, pada gilirannya, menstimulasi para trader dan investor untuk membeli lebih banyak saham, komoditas, dan aset-aset lain karena mereka dapat bergantung pada utang yang lebih murah. Karenanya, di masa-masa kebijakan moneter ekspansif, orang-orang bisa mengharapkan saham, indeks, komoditas, dan bahkan mata uang kripto untuk bertumbuh.

Bagaimana cara menggunakan informasi ini? Ketika sebuah bank sentral memangkas tingkat suku bunga, mata uang jatuh, sementara saham, indeks, dan aset-aset lainnya bisa naik. Di sisi lain, ketika bank sentral meningkatkan suku bunga, mata uang kemungkinan akan melonjak, sementara pasar saham dan aset-aset lainnya cenderung untuk jatuh.

Keputusan BoJ baru-baru ini mengenai tingkat suku bunga menunjang Yen Jepang. Sementara para pejabat Bank of Japan tidak melakukan perubahan apa pun terhadap kebijakan moneter, JPY bergerak semakin tinggi, yang dapat terlihat pada grafik. Para trader dan investor mengharapkan Bank of Japan menaikkan tingkat suku bunga dalam waktu dekat, yang merupakan alasan utama mata uang ini untuk tumbuh.

2: Komentar Para Pejabat Bank Sentral

Aspek penting selanjutnya yang perlu dipertimbangkan oleh para trader ketika trading di pasar finansial adalah bagaimana para pejabat bank sentral berkomentar terhadap situasi saat ini. Terkadang, mereka ikut campur dengan pidato-pidato untuk mengubah situasi dan berdampak pada mata uang.

Apa idenya di balik langkah-langkah ini? Semakin murah atau semakin mahal mata uang mempengaruhi perekonomian secara langsung. Dengan berpidato, para pejabat bank sentral berupaya memberikan dampak terhadap pasar finansial tanpa mengambil langkah apa pun seperti halnya mengubah tingkat suku bunga atau meluncurkan quantitative easing. Intervensi verbal termasuk alat paling populer yang digunakan para pejabat untuk mengendalikan harga mata uang.

Bagaimana Cara Kerjanya?

Para pejabat bank sentral dapat memberikan komentar-komentarnya selama acara yang direncanakan atau bahkan memberikan pidato tak terduga tentang mata uang jika sesuatu yang luar biasa terjadi. Sebagai contoh, seorang pejabat bank sentral dapat menyatakan bahwa mata uang terlalu mahal dan mereka memantau situasinya secara ketat. Hal ini akan menjadi sinyal untuk pasar bahwa jika mata uang tetap bertahan mahal, maka bank sentral mungkin akan memangkas suku bunga, meluncurkan quantitative easing (QE), atau melakukan sebuah intervensi mata uang demi mendorongnya turun.

Di sisi lain, jika pejabat bank sentral menyatakan bahwa mata uang terlalu murah, yang menstimulasi inflasi untuk melampaui level target maka pasar diberikan sinyal yang jelas, bahwa bank sentral mungkin akan melangkah masuk dan mendukung mata uang dengan intervensi atau meningkatkan tingkat suku bunga. Komentar-komentar dapat menjadi langsung dan jelas atau bahkan samar-samar. Misalnya, seorang pejabat bank sentral dapat menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian tidak cukup, yang berarti bahwa bank sentral kemungkinan akan menjadi lebih stimulatif dan memangkas tingkat suku bunga atau meluncurkan QE.

Ketika para pejabat bank sentral berbicara tentang mata uang yang mahal, sentimen pasar sering beralih dari bullish menjadi bearish, sementara ketika para pejabat berbicara tentang mata uang yang murah, para bull sering mengambil alih kendali pasar. Jika intervensi verbal tidak cukup efektif, maka para pejabat bank sentral sering melakukan intervensi mata uang.

3: Intervensi Mata Uang

Ini merupakan langkah langka yang dilakukan para pejabat bank sentral untuk menstabilkan mata uangnya di pasar. Ketika sebuah bank sentral meluncurkan sebuah intervensi, mereka membeli atau menjual mata uangnya sendiri dalam bursa perdagangan asing demi mengendalikan kurs. Misalnya, jika mata uang terlalu mahal yang menjadikannya kurang atraktif bagi para eksportir, maka bank sentral cenderung untuk mulai menjualnya dalam bursa forex demi meningkatkan pasokannya, yang akan mendorong mata uang untuk turun.

Di sisi lain, jika mata uang terlalu murah, bank sentral dapat menggunakan cadangan valuta asingnya untuk menciptakan permintaan artifisial dan membeli mata uangnya sendiri. Contoh lain intervensi adalah ketika bank sentral menetapkan kurs minimal antara miliknya sendiri dengan valuta asing. Swiss National Bank melakukan intervensi semacam ini dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Bank sentral menetapkan kurs minimum Franc Swiss terhadap Euro demi mencegah mata uang nasional terlalu kuat. Langkah ini membantu para eksportir produk-produk lokal yang bekerja dengan rekanan Eropa mereka.

4: Quantitative Easing

Quantitative easing atau QE merupakan langkah yang diambil bank sentral untuk membeli efek-efek di pasar demi meningkatkan pasokan uangnya. Hal ini membantu bank-bank untuk membangun cadangan-cadangan baru dan mendapatkan lebih banyak likuiditas yang dapat mereka gunakan untuk pinjaman dan investasi. Quantitative easing biasanya diumumkan oleh bank sentral bersamaan dengan penurunan suku bunga. Salah satu QE besar diluncurkan oleh Bank of Japan di tahun 2010-an dan menyebabkan pertumbuhan inflasi. Hal tersebut membantu Jepang untuk meninggalkan zona deflasi, yang menghambat pertumbuhan perekonomian lokal.

Contoh lain quantitative easing adalah ketika The Fed memulai program pembeliannya dalam menanggapi krisis finansial global tahun 2007-2008. Beberapa ekonom meyakini bahwa langkah ini membantu untuk menghindari konsekuensi yang lebih parah.

QE mempengaruhi nilai mata uang karena menyediakan lebih banyak likuiditas ke dalam pasar finansial. Setelah diluncurkan, QE menciptakan tambahan pasokan mata uang, yang mendorong nilai mata uang turun. Karenanya, ketika para trader mendengar bahwa bank sentral akan meluncurkan QE dalam pertemuan yang akan datang, maka mereka dapat mengharapkan nilai mata uang tersebut untuk jatuh. Biasanya, hal ini terjadi persis di saat ketika QE diumumkan (bahkan sebelum pertemuan tersebut) dan terkadang pengumuman ini digunakan oleh para pejabat bank sentral sebagai bagian intervensi verbal mereka karena mereka bisa melihat bagaimana komentar-komentarnya dan ekspektasi-ekspektasi QE akan mempengaruhi pasar.

Salah satu efek samping quantitative easing adalah bahwa QE dapat menghasilkan “bubble” dalam pasar finansial. Hal ini dikarenakan fakta bahwa bank-bank, institusi-institusi finansial raksasa, dan investor-investor dapat menggunakan likuiditas tambahan untuk membeli saham dan efek-efek lain. Nilai efek-efek semacam itu bergerak melampaui nilai fundamentalnya, yang menciptakan “bubble”. Risiko utama dari fenomena ini adalah bahwa sebuah bubble dapat meletus di masa depan dan menghasilkan penjualan masif besar-besaran dengan konsekuensi yang tidak bisa diprediksi.

5: Data Inflasi

Semua bank sentral memiliki mandat untuk mempertahankan tingkat inflasi pada level tertentu. Dalam kebanyakan kasus, nilainya beragam antara 2% hingga 3%, yang dianggap sebagai tingkat inflasi normal untuk pertumbuhan perekonomian yang stabil. Jika inflasi di bawah 2%, sebuah bank sentral dapat melangkah masuk dengan penurunan tingkat suku bunga atau bahkan QE demi menstimulasi harga, sementara inflasi di atas 3% dapat mengakibatkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.

Data inflasi dapat diikuti di kalender perekonomian. Indeks harga konsumen / consumer price index (CPI) dari berbagai tipe merefleksikan situasi pertumbuhan harga di negara tertentu. Ketika CPI melampaui 2-3%, hal ini dapat menjadi sinyal bagi para trader dan investor bahwa bank sentral dapat melangkah masuk dan meluncurkan kebijakan moneter kontraktif dengan menaikkan tingkat suku bunga. Tingkat inflasi yang lebih rendah (ketika CPI di bawah 2%) dapat mengindikasikan bahwa sebuah bank sentral kemungkinan akan memangkas tingkat suku bunga atau meluncurkan babak QE.

Bagaimana Cara Menggunakan Informasi Ini dalam Trading?

Para trader perlu mengikuti CPI dalam kalender perekonomian dan memeriksa berbagai prakiraan. Jika tingkat inflasi tahunan di atas 2-3%, maka mata uang dapat melonjak sebagaimana para trader dan investor akan mengharapkan bank sentral untuk melangkah masuk. Dalam situasi kebalikan, ketika CPI tahunan di bawah 2%, para trader dan investor mulai menjual mata uang karena mereka akan mengharapkan bank sentral untuk memangkas suku bunga atau meluncurkan QE untuk menstimulasi inflasi.

6: Data Pasar Tenaga Kerja

Berbicara tentang pertumbuhan perekonomian ada baiknya menyebutkan data pasar tenaga kerja sebagai salah satu indikator kesehatan perekonomian. Tingkat pengangguran yang tinggi menyatakan kepada para trader dan investor bahwa aktivitas perekonomian sedang lemah karena berbagai perusahaan cenderung menghindari penciptaan lapangan kerja baru. Hal ini sering terjadi selama stagnasi perekonomian atau pada masa-masa resesi.

Permintaan yang tinggi untuk tenaga kerja, pada akhirnya, mendemonstrasikan bahwa perusahaan-perusahaan cenderung meningkatkan aktivitasnya dan mereka yakin akan kondisi perekonomian yang lebih baik di masa depan yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan bisnisnya dan menciptakan lapangan kerja baru.

Para pejabat bank sentral memeriksa juga data ini untuk membuat keputusan kebijakan moneternya. Tingkat pengangguran yang lebih tinggi, yang merupakan sinyal buruk merujuk kepada aktivitas perekonomian yang lemah dapat menstimulasi bank sentral untuk memangkas suku bunga atau meluncurkan program quantitative easing. Hal ini, pada akhirnya, akan mendorong mata uang untuk turun. Karenanya, ketika memeriksa rilis data pengangguran, Anda dapat mengharapkan mata uang untuk jatuh jika data pengangguran di atas prakiraan.

Di sisi lain, situasi yang lebih baik di pasar tenaga kerja dapat dianggap oleh pasar sebagai sinyal bahwa bank sentral tidak akan mengambil langkah tambahan untuk menstimulasi pertumbuhan perekonomian dan, karenanya, tidak ada penurunan tingkat suku bunga atau QE yang akan diluncurkan. Biasanya, hal ini mendukung mata uang melawan rival-rivalnya. Selain itu, dalam kebanyakan kasus, situasi yang lebih baik di pasar tenaga kerja memungkinkan bank sentral untuk menaikkan suku bunga (jika mereka perlu melawan inflasi, misalnya), yang akan menyediakan dukungan tambahan terhadap mata uang.

Reaksi USD/JPY terhadap data pasar tenaga kerja AS
Reaksi USD/JPY terhadap data pasar tenaga kerja AS

Grafik di atas menampilkan bagaimana pasangan mata uang USD/JPY bereaksi terhadap data pasar tenaga kerja di hari Jumat yang dirilis pada tanggal 1 November 2024. Tingkat pengangguran bertahan tidak berubah pada 4,1%, yang merupakan pertanda baik bagi perekonomian AS memungkinkan The Fed untuk mengambil waktu tambahan sebelum penurunan suku bunga selanjutnya. Karenanya, rilis data semacam ini menstimulasi para trader untuk membeli USD melawan Yen.

7: Purchase Manager Index

Ini merupakan indikator tingkat lanjut yang menunjukkan tingkat aktivitas dunia usaha di sektor manufaktur dan jasa. Indeks ini mendemonstrasikan apakah kondisi pasar sedang berkembang atau mengecil. Dalam kasus pertama, pertumbuhan perekonomian cenderung berkembang, sementara dalam hal yang kedua, resesi kemungkinan akan terjadi.

PMI di atas 50 mendemonstrasikan ekspansi perekonomian, sementara jika indeks jatuh di bawah 50, merefleksikan kontraksi perekonomian. Para trader dapat menggunakan informasi ini untuk memprediksi apakah sebuah bank sentral akan menaikkan, menurunkan suku bunga, atau tidak melakukan perubahan apa pun dalam kebijakan moneter. Tidak seperti data PDB, yang merupakan indikator lagging / tertinggal, PMI dirilis lebih dahulu memungkinkan para partisipan pasar untuk membuat prakiraan sendiri sebelum mereka dapat melihat nilai PDB akhirnya.

PMI yang lebih baik dari ekspektasi menyebabkan pertumbuhan mata uang karena menunjukkan bahwa perekonomian sedang cukup kuat (jika PMI di atas 50), sementara PMI yang lebih lemah dari ekspektasi merefleksikan isu-isu perekonomian yang dapat menyebabkan bank sentral menurunkan suku bunga atau meluncurkan QE demi menstimulasi pertumbuhan perekonomian. Karenanya, para trader sering bertransaksi long ketika PMI di atas 50 dan meningkat, sementara ketika PMI menurun dan jatuh di bawah 50, mereka bertransaksi short.

8: Peristiwa-peristiwa Politik dan Geopolitik

Berbagai macam peristiwa politik dan geopolitik dapat juga memiliki dampak raksasa terhadap pasar finansial. Salah satu contoh terkini adalah pemilu presiden AS, yang merupakan alasan dari fluktuasi harga yang signifikan.

Contoh bagaimana pemilu presiden AS berdampak pada EUR/USD
Contoh bagaimana pemilu presiden AS berdampak pada EUR/USD

Sebagaimana bisa Anda lihat pada grafik, EUR/USD mendapatkan momentum arah turun signifikan sebagaimana Eurozone termasuk di antara wilayah-wilayah di mana berbagai tarif, yang dijanjikan oleh Trump dapat memiliki efek paling negatif. Sehubungan dengan Dolar AS, amandemen-amandemen yang dapat diterapkan oleh politisi ini, dapat menstimulasi inflasi, yang, pada akhirnya, akan meninggalkan ruang lebih sedikit bagi The Fed untuk melakukan kebijakan ekspansif.

Terkait dengan peristiwa-peristiwa geopolitik, para trader juga harus berfokus pada berbagai ketegangan dan konflik. Mereka dapat mendukung beberapa aset sementara di waktu yang sama menaruh tekanan signifikan pada yang lainnya.

Untuk menghasilkan uang dalam peristiwa-peristiwa semacam itu, Anda harus berpikir tentang konsekuensinya terlebih dahulu. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, para trader dan investor memiliki keraguan tentang pemilu Amerika Serikat, dan mode menghindari risiko dinyalakan. Hal tersebut mengakibatkan emas dan Dolar AS meningkat. Karenanya, semua peristiwa politik dan geopolitik dengan konteks negatif mengakibatkan popularitas yang meningkat dari apa yang disebut sebagai aset-aset safe-haven. Di sisi lain, peristiwa-peristiwa politik positif dapat menstimulasi partisipan pasar untuk berinvestasi dalam aset-aset yang berisiko, yang akan mendukung pasar saham, komoditas, mata uang kripto, dll.

FAQ / Pertanyaan Umum

Binolla Blog Image - Top 8 Peristiwa dan Indikator Perekonomian untuk Dipantau Saat Trading di Tahun 2025 7

Di Manakah untuk Mencari Data Makroekonomi?

Hal tersebut dapat ditemukan dalam kalender perekonomian. Biasanya, mereka memungkinkan para partisipan pasar untuk melihat pembacaan dan prakiraan saat ini. Setelah sekumpulan data dirilis, para trader juga dapat melihat bacaan finalnya.

Mana Lebih Penting, Data Perekonomian atau Indikator Teknikal?

Data perekonomian dan berbagai peristiwa memiliki kepentingan tertinggi karena mempengaruhi persepsi para partisipan pasar tentang suatu aset tertentu. Mereka mempengaruhi keseimbangan antara pasokan dan permintaan dan merupakan penggerak penting fluktuasi harga. Indikator-indikator teknikal dan harga merefleksikan dampak dari indikator-indikator makroekonomi dan berbagai peristiwa di pasar.

Peristiwa Mana yang Paling Penting untuk Menggerakkan Harga?

Keputusan-keputusan bank sentral merupakan peristiwa kunci yang menggerakkan harga mata uang dan aset lainnya. Keputusan semacam itu dapat menstimulasi permintaan atau menyuntik likuiditas tambahan ke dalam pasar.

Penulis
Bagikan
Direkomendasikan
Anda berhasil berlangganan ke newsletter